19 Calon PMI Ilegal Diamankan, Mayoritas dari Sulawesi dan NTT
![]() |
Pekerja Migran Indonesia |
Nunukan (Wartarakyat) – Satuan Tugas Penegakan Hukum Desa (Gas Gakumdes) Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) berhasil menggagalkan pengiriman sekitar 19 hingga 21 calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) nonprosedural yang hendak diberangkatkan secara ilegal ke Malaysia.
Para calon PMI ini berasal dari berbagai daerah, termasuk Kalimantan Timur, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kejadian ini terungkap saat aparat kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap penumpang kapal Talia yang baru tiba dari Sulawesi.
Saat diperiksa, para calon PMI ini tidak dapat menunjukkan dokumen resmi yang diperlukan untuk bekerja di luar negeri. Mereka kemudian diamankan di Polres Nunukan, Kalimantan Utara.
Salah satu korban, Amsidar, yang berasal dari Sulawesi, mengaku telah bekerja secara legal di Malaysia selama hampir tujuh tahun.
Ia pulang ke Indonesia untuk menjemput anaknya, namun karena paspornya sedang ditahan oleh pihak perusahaan sebagai jaminan pemeriksaan kesehatan, ia terpaksa kembali ke Malaysia secara nonprosedural.
"Sekarang yang baru-baru saya kembali ini saya sudah cek darah. Jadi itu paspor kena jamin dulu, sementara kena jamin itu paspor tiada dalam company. Jadi dengan keadaan terpaksa saya balik sebab anak," ungkap Amsidar.
Amsidar bekerja sebagai penabur pupuk di perkebunan kelapa sawit, sementara suaminya bekerja memanen buah.
Ia mengakui bahwa meski pendapatan di Malaysia cukup menjanjikan, bekerja tanpa dokumen resmi membuatnya merasa tidak tenang.
"Kadang tenang, kadang gak nyaman juga. Kalau di sana kadang juga ada operasi. Kalau tiada surat, ya tidak nyaman juga," katanya.
Saat ditanya tentang rencananya ke depan, Amsidar mengaku akan kembali ke Sulawesi untuk fokus pada pendidikan anak-anaknya, sementara suaminya masih bekerja di Malaysia hingga memiliki cukup modal untuk kembali ke tanah air.
"Kalau bilang cukup, ya nggak cukup. Cuma mau diapa, terpaksa baliklah kasih sekolah anak. Karena memikirkan pendidikan penting," tambahnya.
(Sumber: Metro TV/Ed: Ruk)