Inovasi Pupuk Lokal Dongkrak Panen Jagung, Petani di Bondowoso Raup Rp110 Juta per Hektar
Bondowoso (Warta Rakyat) – Inovasi pertanian kembali lahir dari desa. Kali ini, Haris Son Haji, seorang petani asal Desa Koncer, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, berhasil menciptakan pupuk NPK berbahan dasar lokal yang mampu melipatgandakan hasil panen jagung secara signifikan.
Pupuk yang dinamai Petani Sejahtera (PS) itu dikembangkan melalui metode modifikasi dan aktivasi porous material menjadi nano carrier for fertilizer dalam skala besar. Seluruh bahan bakunya berasal dari wilayah Bondowoso, menjadikannya sebagai inovasi mandiri yang benar-benar berbasis kearifan lokal.
Keampuhan pupuk PS terbukti saat uji coba lapangan pada Senin (2/6/2025), menggunakan benih jagung varietas MSP (Mari Sejahterakan Petani). Hasilnya mencengangkan: panen jagung mencapai 20,6 ton per hektar, jauh di atas rata-rata produktivitas jagung lokal yang hanya sekitar 8 ton per hektar.
Dengan harga jual jagung saat ini sebesar Rp5.500 per kilogram, potensi pendapatan kotor dari satu hektar lahan mencapai Rp110 juta, dengan biaya produksi maksimal hanya sekitar Rp20 juta.
“Bisa dihitung sendiri berapa keuntungan yang diperoleh petani setiap empat bulannya,” ujar Haris.
Haris menjelaskan bahwa pupuk PS dirancang agar dapat mengikat nitrogen dari urea sehingga tidak cepat menguap dan memberikan efek slow release pada unsur hara. Efisiensi penyerapan nutrisi meningkat, sekaligus mengurangi dampak negatif pupuk sintetis terhadap lingkungan.
“Pupuk ini punya kadar N, P, dan K yang optimal, serta mengandung unsur mikro yang sangat dibutuhkan tanaman,” jelasnya.
Motivasi utama Haris adalah membantu memperkuat kemandirian sektor pertanian Indonesia yang selama ini masih bergantung pada impor pupuk dan bahan bakunya.
"Setiap tahun kita impor pupuk, bahkan bahan bakunya pun banyak yang dari luar negeri. Padahal kita bisa buat sendiri dengan kualitas yang tidak kalah," tambahnya.
Haris juga menggarisbawahi enam faktor penting untuk mencapai hasil pertanian maksimal: pengolahan lahan, benih unggul, pupuk berkualitas, pengendalian hama, perawatan tanaman, dan faktor alam.
Kini, pupuk PS tengah disiapkan untuk produksi massal agar bisa diakses luas oleh petani. Harga jualnya direncanakan 50 persen lebih murah dibanding pupuk komersial.
“Tapi ini juga menunggu kebijakan dari Pak Presiden,” ujarnya penuh harap.
Dari uji coba tersebut, varietas jagung MSP terbukti menunjukkan performa terbaik. Satu tongkol besar mampu menyumbang produktivitas hingga 20,6 ton per hektar, dan bahkan diperkirakan bisa mencapai 30 ton per hektar jika dua tongkol bisa tumbuh per tanaman.
Ketua Bidang Kedaulatan Pangan DPP MSP, Irsan Surya Imana, mengatakan benih MSP bersifat komposit, artinya hasil panennya bisa digunakan kembali sebagai benih, berbeda dengan jagung hibrida pabrikan.
"Mungkin ini memang jodohnya, antara pupuk PS dan benih MSP," ucap Irsan.
Menyadari potensi besar inovasi ini, berbagai pihak mulai memberikan dukungan. Salah satunya datang dari Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Ngudi Makmur, yang akan mereplikasi uji coba ini di sejumlah wilayah Indonesia.
Direktur P4S, Andi Yuwono, menyebut hasil panen yang luar biasa ini menjadi harapan baru bagi petani lokal. Selain biaya produksi yang efisien, kualitas hasil panen juga sangat baik.
“Kualitas pasca panennya cukup maksimal. Kami akan memperbanyak demplot di sejumlah desa wisata, bekerja sama dengan Asosiasi Desa Wisata Indonesia,” ujarnya.
Andi juga menekankan pentingnya sinergi antara inovasi pertanian dan pengembangan desa wisata.
“Pengembangan pertanian berbasis desa wisata bisa menjadi cara baru untuk mempromosikan inovasi pertanian lokal sekaligus menggerakkan perekonomian desa,” tutupnya.
(Ed: Ruk)
Referensi:
Petani Bondowoso temukan formula pupuk NPK lokal, produktifitas jagung hingga 20 ton per tahun